Beranda | Artikel
Kekuatan Dan Keberanian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Senin, 16 Desember 2013

KEKUATAN DAN KEBERANIAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Orang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah. Namun, masing-masing memiliki kebaikan, sebagaimana disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Imam Muslim.

Allah Azza wa Jalla telah menghimpun macam-macam kekuatan pada diri hamba dan Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dia menggabungkan kekuatan iman dengan kekuatan jasmani pada diri beliau. Kekuatan ini kemudian beliau pergunakan dalam ibadah, amal ketaatan, dan usaha optimal menuju kedekatan kepada-Nya. Beliau adalah teladan bagi umat dalam setiap kebaikan.

Imam Bukhâri dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mengerjakan shalat, sampai dua kakinya bengkak. Aisyah Radhiyallahu anhuma bertanya: “Wahai Rasulullah, engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?” Beliau menjawab:

أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur ?[1]

Dalam Shahîhain, dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam orang paling dermawan. Dan kedermawan beliau memuncak di bulan Ramadhan, saat berjumpa dengan Jibril. Beliau bertemu dengannya di setiap malam Ramadhan untuk membacakan al-Qur`ân kepadanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar lebih bermurah hati daripada angin sepoi-sepoi”

Dalam Shahîhain, dari Anas Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang paling baik, paling murah hati dan paling pemberani. Pernah penduduk Madinah mengalami ketakutan di suatu malam. Orang-orang pun menuju asal suara itu dan ternyata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah (sampai di sana) menyambut mereka. Beliau telah mendahului semua orang (di sumber) suara itu. Sambil menunggangi kuda milik Abu Thalhah yang tidak berpelana dengan leher berkalung pedang, beliau berkata (kepada orang-orang): “Kalian tidak perlu takut. Kalian tidak perlu takut. Suara itu adalah laut”.

Dalam jihad, beliau berada di garis depan, memimpin para Sahabat. Pernah kepala beliau terluka sobek dan gigi serinya pecah di perang Uhud.

Di perang Hunain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap gigih di medan laga, saat kebanyakan orang yang bersama beliau kocar-kacir. Dalam Shahîhain, dari Barâ` bin Azib Radhiyallahu anhu ada seorang lelaki bertanya kepadanya: “Wahai Abu Amarah, apakah kalian melarikan diri di perang Hunain?” ia menjawab: “Ya”, akan tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak. Suku Hawâzin adalah ahli panah. Ketika kami telah berhadapan dengan mereka, kami berhasil memukul mundur. Orang-orang pun berpaling kepada rampasan perang. Ternyata, mereka kemudian menembaki kami dengan anak panah sehingga orang-orang (Sahabat) kalah. Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Abu Sufyân bin Hârits Radhiyallahu anhu yang memegang tali kendali keledai putih beliau. Beliau meneriakkan:

أَنَا النَّبِيُّ لاَ كَذِبْ أَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ

Aku seorang nabi tidak dusta. Aku putra Abdul Muththalib (HR. Bukhâri dan Muslim)

(Diadaptasi dari Min Akhlâqir Rasûl dari Himpunan makalah Syaikh `Abdul Muhsin al-‘Abbâd yang berjudul Kutub wa Rasâil Syaikh `Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbâd al-Badr, Dâr at-Tauhîd, Cet. I Th. 1428H volume. VI hlm. 28)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl9 Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Bukhâri dan Muslim


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3791-kekuatan-dan-keberanian-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html